July 15, 2010

LIDAH SENJATA BERMATA DUA

Lidah Tak Bertulang, kalau tak ada lidah pun tak boleh cakap juga. Bukan saja tak boleh cakap, macam-macam lagi tak boleh, makan tak rasa apa-apa dan... ;~) teruskan membaca :

Meski lidah merupakan nikmat yang besar, namun kita perlu mengetahui, bahwasanya lidah yang berfungsi untuk berbicara ini seperti senjata bermata dua. Lidah dapat digunakan untuk taat kepada Allah, dan juga dapat digunakan untuk mempersekutukan Allah.

Jika seorang hamba mempergunakan lidahnya untuk membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa kepada Allah, untuk amar ma'ruf nahi munkar, atau untuk lainnya yang berupa ketaatan kepada Allah, maka inilah yang dituntut dari seorang mukmin, dan ini merupakan perwujudan syukur kepada Allah terhadap nikmat lidah.

Sebaliknya, jika seseorang mempergunakan lidahnya untuk meminta kepada selain Allah, berdusta, bersaksi palsu, mengumpat, memfitnah, memecah belah umat, merusak kehormatan seorang muslim, menyanyi dengan lagu-lagu maksiat, atau lainnya yang berupa ketaatan kepada shaitan, maka ini diharamkan atas seorang mukmin, dan merupakan kekufuran kepada Allah terhadap nikmat lidah.

Dengan demikian, lidah manusia itu berupaya menjadi faktor yang boleh mengangkat darjat seorang hamba di sisi Allah, namun juga boleh menyebabkan kecelakaan yang besar bagi pemiliknya.

Orang yang berbicara dengan kebatilan ialah shaitan yang berbicara, ia bermaksiat kepada Allah swt. Sedangkan orang yang diam dari kebenaran ialah shaitan yang bisu, ia juga bermaksiat kepada Allah swt. Contohnya Seperti seseorang yang bertemu dengan orang fasik, seseorang yang sudah terang-terangan melakukan kemaksiatan di hadapannya, masih dia berkata lembut, tanpa menegur atau memarahinya, walaupun di dalam hati. Atau apabila melihat kemungkaran, dan dia mampu merubahnya, namun dia membisu kerana menjaga kehormatan sipesalahnya, atau orang lain, atau kerana tak peduli terhadap agama islam.


Kebanyakan manusia, ketika berbicara ataupun diam, dia sebenarnya berpotensi dengan dua jenis bencana lidah sebagaimana di atas. Sedangkan orang yang beruntung, yaitu orang yang menahan lidahnya dari kebatilan dan menggunakannya untuk perkara bermanfaat.

Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Mâlik , dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, baginda bersabda.

Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga.

Menjaga lidah disebut juga hifzhul-lisan. Lidah itu sendiri merupakan anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan dengan sempurna. Lidah memiliki fungsi sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati. Oleh karena itu, setelah Rasullah saw. memerintahkan seseorang beristiqomah, kemudian mewasiatkan pula untuk menjaga lisan. Penjagaan dan lurusnya lidah (lisan) sangat berkaitan dengan ketulusan hati dan keimanan seseorang.

Oleh itu, seorang mukmin hendaklah menjaga lidahnya. Apa jaminan bagi seseorang yang menjaga lidahnya dengan baik? Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya.

Imam an-Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata: "Ketahuilah, seharusnya setiap mukallaf (orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang jelas maslahat padanya. Ketika berbicara atau meninggalkannya itu sama maslahatnya, maka menurut Sunnah adalah menahan diri darinya. Karena perkataan mubah boleh menyeret kepada perkataan yang haram, atau makruh. Kebiasaan ini, bahkan banyak dilakukan. Sedangkan keselamatan itu tidak ada bandingannya.

Jaga Lidah Sendiri, Makan Sup Lidah Lembu.

;~) FAST

No comments: